<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d11226496\x26blogName\x3dTetirah+...\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dSILVER\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://irfanmoe.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://irfanmoe.blogspot.com/\x26vt\x3d6101411460645826096', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
Tetirah ...

Adalah sebuah "laku" untuk beristirahat sejenak dari rutinitas. Di sini akan terendapkan segala penat dan kepayahan hidup. Situs ini dibangun bukan untuk siapapun, melainkan bagi kicauan burung-burung, semerbak bunga-bunga, bening telaga, dan hijaunya rerumputan. 

Wednesday, March 16, 2005

9:23 PM - Castol Itu Indah

Castol, engkau perekat
Castol, engkau lem yang baik
Castol, kau sangat berguna
Castol, namamu Lem Swiking

Elem, artinya perekat
Swi, artinya lama
(E)king, artinya raja
Jadi raja perekat, yang lamaa .....



Yang di atas itu adalah 2 bait awal dari sebuah lagu yang berjudul "Castol". Saya cukup yakin, jika pertama kali dengar lagu ini, anda akan sama seperti saya, tertawa. Antara bait satu dan bait-bait berikutnya seperti gak nyambung. Bait-bait berikutnya bahkan lebih ngawur lagi isi liriknya. Tidak ada logika dalam syair2 itu. Semua tersusun atas dasar yang tidak bisa dimengerti. Mungkin hanya apa-apa yang sedang nongol dalam benak sang pencipta lagu. Bahkan mungkin juga apa-apa yang sedang ada di depan matanya yang dia gubah menjadi syair. Saya membayangkan, ketika itu dia (si pencipta lagu) sedang duduk di kamar (kos2an?)-nya. Di depannya berserakan barang-barang pribadinya, termasuk castol. Jadilah lagu tersebut. Masalahnya, orang gila macam apa yang bikin lagu sengawur ini? Dan orang bagaimanakah yang mendengarkan lagu2 mereka, kecuali orang-orang yang gila juga, orang tuli, atau orang yang sedang stress?

Castol, sebuah merek dagang dari lem perekat. Dari cairan kekuning-kuningan ini, banyak benda yang bisa kita lekatkan. Kertas, karet, plastik, kayu, kain, asalkan cukup kering, bisa dengan baik kita rekatkan. Meski tidak seampuh Alteco, produk sejenis yang klaimnya mampu merekatkan kursi yang patah, castol cukup mendapat hati di kebanyakan orang Indonesia. Saya sendiri pernah menggunakan jasa castol untuk menyembuhkan sandal karet saya yang memble.

Bisa jadi, inilah yang menjadi inspirasi dari lagu di atas. Buat apa jauh-jauh mencari tema-tema yang besar, tentang kemanusiaan, keadilan atau demokrasi, jika ada tema sederhana tapi digarap dengan baik? Siapa tahu orang-orang sudah bosan dengan lagu-lagu bertema cinta yang selalu itu-itu saja? Dan nampaknya asumsi ini tidak terlalu salah. Seiring gemuruh sorak sorai penonton yang mengelu-elukan pujaan mereka, Tani Maju, grup indie pelantun lagu castol di atas melanggengkan namanya di blantika musik lokal Malang. Dalam hal ini, aksi konyol mereka di panggung, sorak-sorai penonton, dan lirik-lirik yang dibawakan telah menemukan konteksnya, sebuah keindahan.

Adakalany kita perlu menimbang-nimbang lagi apa-apa yang selama ini kita sebut dengan hal-hal yang indah. Sudah jamak apabila orang memandang potret atau lukisan wanita cantik, "Gile benerr, nie cewek cakep amat..", dengan pandangan kagum. Hal ini wajar, karena paras cantik adalah bagian dari keindahan. Akan tetapi pernahkah terbersit pikiran yang sama ketika kita memandang bolpoint (yang biasa, bukan pena yang bersepuh emas loh), atau bahkan castol?

Jika kita ingat sejarah, banyak buku yang telah dibuat orang, namun tidak semuanya dibaca. Penyebabnya macam-macam. Salah satunya adalah buku-buku tersebut tidak menarik untuk dibaca pada jamannya. Misalnya saja buku peringatan 25 Jarren Decentralisatie in Nederlandsch-Indie 1905-1930. Saat buku itu dicetak, yang membacanya praktis hanyalah para pegawai pemerintahan kala itu. Itupun hanya dalam rangka urusan kerja. Ketika buku itu seabad umurnya, barulah menarik banyak orang untuk menyimaknya sehubungan dengan sejarah masyarakat kolonial ketika itu. Dan peristiwa-peristiwa yang dijelaskan dalam buku itu adalah sebuah keindahan, karena buku itu sendiri telah menjelma menjadi produk budaya yang indah.

Senada dengan buku, banyak benda-benda bersejarah yang nilainya menjadi sangat jauh berbeda dengan biaya pembuatannya. Peralatan dapur suku Indian Maya, sepatu Mesir Kuno, gerabah Cina, dll. adalah contoh benda sehari-hari yang tidak begitu berharga di jamannya, namun laku jutaan dolar di balai lelang Christie saat ini.

Jangan anda kira tidak banyak hal-hal indah di dunia ini. Lihatlah bunga-bunga, matahari terbit, anak yang sedang bermain, kucing yang meloncat, topi, baju lusuh di bak cucian, monitor di depan anda, dan masih banyak lagi. Bukan hanya indera penglihatan saja kita diberi Tuhan. Bukankah penciuman, perasa, pendengaran dan pengecap merupakan instrumen pelengkap dalam rangka menikmati keindahan alam ini? Dalam perspektif ini, tidak ada yang tidak indah di muka bumi. Bahkan, kekejaman perang-pun dapat kita saksikan keindahannya, paling tidak melalui layar film-film holywood. Nah, dari sini bukankah benar dikatakan bahwa bolpoint kita saat ini, adalah benda yang berharga dan indah, paling tidak seratus tahun lagi? Dan salahkah jika saya katakan bahwa castol adalah benda yang indah?

Malang, 16 Maret 2005


Post a Comment

©  irfan 2005