<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d11226496\x26blogName\x3dTetirah+...\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dSILVER\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://irfanmoe.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://irfanmoe.blogspot.com/\x26vt\x3d6101411460645826096', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
Tetirah ...

Adalah sebuah "laku" untuk beristirahat sejenak dari rutinitas. Di sini akan terendapkan segala penat dan kepayahan hidup. Situs ini dibangun bukan untuk siapapun, melainkan bagi kicauan burung-burung, semerbak bunga-bunga, bening telaga, dan hijaunya rerumputan. 

Friday, July 21, 2006

1:34 PM - Why The World Doesn't Need Superman

Judul di atas tertulis besar-besar pada editorial Daily Planet, harian dengan oplah jutaan lembar perhari yang terbit di kota Metropolis. Artikel itu pulalah yang mengantarkan penulisnya, Lois Lane, mendapatkan hadiah Pulitzer, sebuah hadiah yang membuktikan pencapaian tertinggi seorang jurnalis dalam karya jurnalistiknya. Esainya itu menyentak dunia. Tidak saja karena penulisnya adalah jurnalis handal yang diketahui paling mencintai sosok sang “manusia baja” itu, akan tetapi isi tulisannya juga menyadarkan dunia, bahwa di tengah kepergian Superman selama hampir 5 tahun ini, dunia mengalami berbagai macam masalah yang tetap harus dipecahkan. Dunia tidak boleh hanya berpangku tangan menanti uluran tangan Superman, akan tetapi harus terus bergerak maju. Dunia akan menyongsong masa depannya, bahkan tanpa adanya Superman sekalipun. Ucapan Lois Lane pun dia buktikan dengan menikahi Richard White, keponakan Pimred Daily Planet, dan memiliki seorang anak laki-laki.

* * *

Superman, seseorang yang kekuatannya luar biasa. Dia bak dewa yang turun ke bumi. Dia juga seseorang yang bermoral tinggi. Dengan kebaikan hatinya dia tidak segan untuk menolong yang lemah. Mulai dari menghentikan perampokan bank, menolong pesawat jatuh, hingga menyelamatkan dunia dari kehancuran akibat perbuatan milyuner psikopat, Lex Luthor. Di negara asalnya, Amerika, cerita Superman telah melegenda. Selama kurun waktu 1938 hingga sekarang (2006), cerita ini menghiasi imajinasi anak-anak hingga orang dewasa. Dengan rentang waktu yang demikian panjang (68 tahun), tak heran jika dikatakan tak ada orang Amerika yang tak mengenal Superman. Superman adalah metafor yang paling tepat bagi Amerika di hari ini.

Di hari ini, di dunia nyata, keadaan bangsa Amerika juga tidak jauh berbeda dengan superhero berkostum biru merah ini. Sebagai negara superpower, tak ada yang tak bisa dilakukannya. Pandangan tembus supernya mampu menyorot ke pelosok negara-negara di seluruh dunia, untuk mendata kandungan-kandungan alam yang melimpah. Ini termasuk di Papua (Freeport), Sumbawa (Newmont) dan terakhir di blok Cepu. Dengan kekuatannya, Amerika melumat Irak dan Afganishtan bagaikan merebut permen dari tangan seorang bocah. Bak Superman, Amerika adalah jago di antara jago-jago yang ada. PBB, IMF, Bank Dunia, dan lembaga-lembaga dunia lainnya di bawah telapak kakinya. Adakah yang bisa menghadapinya? Rusia? Iran? Korea Utara? Ataukah Indonesia?

Bagi bangsanya, Amerika adalah perwujudan utopis akan kedatangan sang ratu adil bagi dunia ini. Akan tetapi nampaknya wajah sang ratu adil ini tidaklah seganteng wajah Brandon Ruth, pemeran Superman dalam film terbarunya, Superman Returns (28 Juni 2006). Dunia mencatat adanya dualisme dalam konsep perdamaian dunia yang ditawarkan Paman Sam. Standar ganda ini hampir selalu menjadi momok. Tidak saja bagi negara-negara yang secara langsung bermusuhan dengannya, melainkan juga bagi negara-negara lain yang tidak terlibat secara langsung dengannya. Kepribadian ganda ini layaknya duo identitas Clark Kent dan Superman. Suatu saat, sang manusia super berubah wajah menjadi Clark Kent, lelaki santun nan kikuk yang jadi reporter di harian Daily Planet. Lain waktu dia berubah menjadi sosok Superman, pahlawan gagah perkasa yang ditakuti lawan dan kawan. Bedanya, baik Clark Kent ataupun Superman bermoral baik, benar-benar sosok penolong. Sedangkan Amerika? Who knows? Tentu saja, Clark Kent adalah tokoh rekaan komik, sedangkan Amerika adalah nyata-nyata sebuah negara adidaya. Dunia komik adalah imajiner, sebuah dunia khayali yang idealis, sedangkan di dunia nyata, kehidupan berjalan dengan sistem yang jauh bertolak belakang dengan dunia imajiner tadi.

Apakah benar demikian? Tidakkah kita bisa menciptakan dunia baru yang lebih baik, dimana semua orang bisa hidup dengan damai, aman, tenteram seperti yang terdapat dalam negeri dongeng di komik-komik?

* * *

Adalah seorang wanita bernama Danah Zohar yang pernah mencetuskan ide tentang dunia imajiner itu. Mengenal fisika kuantum pada umur 15 tahun, membuatnya menjadi seorang ilmuwan yang disegani di abad ke dua puluh satu ini. Setelah menamatkan pelajaran tentang Fisika dan Filosofi di MIT, dia meneruskan pendidikannya di jurusan Filosofi, Agama, dan Psikologi di Universitas Harvard. Kini, bersama Ian Marshall dia menerbitkan buku-buku tentang fisika, filosofi dan manajemen. Di Indonesia, karyanya kita kenal antara lain; The Quantum Society: Mind, Physics (1993), SQ - Connecting with Our Spiritual Intelligence (2000), dan Spiritual Capital: Wealth We Can Live By (2004).

Dalam pemikirannya, dia menjelaskan bahwa saat ini dunia dipandang manusia dalam pendekatan model pemikiran Newton. Dalam pemahaman Newtonian, alam raya secara esensi digambarkan sebagai sebuah bola bilyar, suatu model atom dengan dinding yang keras. Ketika dua buah bola semacam ini bertemu, mereka bakal bertumbukan. Akibatnya, keduanya akan sama-sama terpukul dan memantul, namun tidak mengubah bentuk dasar kedua bola tersebut. Ide-ide besar semacam individualisme didasarkan pada pemikiran ini. Pada dasarnya manusia adalah individu-individu yang terisolasi dari orang lain. Bahkan, Sigmund Freud pun mengatakan, “Kamu adalah obyek buatku dan aku adalah obyek buatmu”.

Berlawanan dengan konsep di atas, sistem kuantum diserupakan sebagai sebuah gumpalan bola energi yang memiliki bentuk yang beragam. Gumpalan-gumpalan bola energi ini saling berkaitan satu sama lain dan secara dinamis berpartisipasi dalam sebuah sistem lain yang lebih besar. Ketika dua sistem kuantum bertemu, mereka bakal berinteraksi. Yang terjadi adalah penggabungan kedua identitasnya menjadi sebuah gumpalan sistem kuantum baru dengan identitas baru. Segala bentuk-bentuk energi akan berubah secara dramatis, yang mana bahkan suatu saat tertentu akan lebih besar jumlahnya daripada jumlah masing-masing bola sebelum bergabung.

Pada kenyataannya, sistem tubuh manusia juga merupakan pola dari energi yang dinamis ini. Dengan mekanisme kuantum, ketika kita berinteraksi secara positif dengan orang lain, maka yang terjadi adalah kita akan tumbuh semakin besar. Bukan fisik yang berubah, namun lebih ke arah pemikiran, karakter, aspirasi, dan hal-hal sejenis itu. Pendewasaan ini akan terjadi juga pada lawan interaksi kita. Dalam perspektif ini, maka yang terjadi bukan lagi tentang “kamu” dan “aku”, akan tetapi lebih ke arah “kita”. Ini bukanlah pemisahan, tetapi integrasi. Bukan lagi isolasi, tapi pemahaman bahwa kita adalah bagian dari sistem universal yang maha besar. Pemahaman ini pula yang bisa membawa pencerahan baru dalam bidang budaya, manajemen organisasi, dan teamwork. Inilah intisari dari pencerahan ala Danah Zohar. Sebuah kecerdasan spiritual (Spiritual Intellegence).

Dewasa ini, dunia digerakkan dengan motivasi Newtonian. Kita hidup bagaikan bola-bola bilyar yang memantul-mantul dalam sebuah kotak. Dalam interaksinya, seringkali kita bertumbukan satu sama lain. Akan banyak konflik, kompetisi, iri hati, kecemburuan, dan kemarahan. Bisnis-bisnis besar digerakkan oleh motivasi gelap semacam ini. Ketamakan, ketakutan, kemarahan, dan kepentingan diri sendiri. Kapitalis-kapitalis yang kita ciptakan membuat bumi ini semakin menderita. Kita tahu bersama, selama ini kita menyedot minyak bumi tanpa henti dan tanpa berusaha secara sungguh-sungguh untuk mencari penggantinya. Karena semakin langka, kita kemudian menjualnya dengan harga mahal, yang menyebabkan susahnya pertumbuhan ekonomi dunia. Hutan-hutan kita tebangi, sehingga pemanasan global yang ada mengoyak lapisan ozon.

Di sistem Newtonian yang lebih kecil, di kampus teknik, kita seringkali bertumbukan dengan yang lain. Antara kaum hijau dengan kaum merah. Antara kelompok kiri dan kelompok kanan. Antara mahasiswa dengan dosen, ataupun antara senior dan junior. Seringkali, yang merasa senior memaksakan pengetahuan kepada junior yang dinilai bodoh. Dan junior pun menganggap niat baik senior itu sebagai sebuah intervensi. Senior masih berpikir, ”Konsepkulah yang paling benar, konsepmu itu sampah!!”. Dan kemudian bukti-bukti untuk menguatkan argumen bahwa senior yang paling benar disusun dengan sistematis. Dengan berkacak pinggang dan dengan kekuasaan yang diperoleh secara turun-temurun yang berwujud senioritas, dipaparkan ke depan hidung anak-anak kemaren sore itu kesalahan-kesalahan mereka dan kebenaran senior. Sebaliknya, mereka yang egonya tersinggung dengan aksi senior, kontan melawan. ”Sekarang bukan lagi jaman ketika mas-mas menjabat”, seloroh mereka. “Dunia sudah berubah, tantangan yang dihadapi jelas berbeda”, sebuah alasan klasik yang tidak bisa disangkal kebenarannya. Padahal, sanggahan inipun didasarkan atas kemarahan, dan ketersinggungan mereka atas perbuatan senior. Pada hakikatnya, mereka pun sama saja, lebih menonjolkan ke-aku-an daripada ke-kita-an. Dan bola-bola pun bertumbukan satu sama lain, menyebabkan kampus biru teknik panas dan tidak nyaman untuk ditinggali. Suhu yang panas ini persis sama seperti akibat semakin bolongnya lapisan ozon di kutub utara. Sebuah pola yang akan berulang terus-menerus apabila tidak ada yang menghentikannya. Sebuah kegilaan dan kebodohan yang tiada akhir.

Siapa yang dapat menghentikan kebodohan dan kegilaan ini semua? Superman?

* * *

Lois Lane sudah berani membuktikan ucapannya, bahwa dunia tidak lagi butuh Superman. Dia teruskan hidupnya walau tanpa kehadiran pria yang dicintainya. Hidup memang harus terus berjalan ke depan. Dan manusia adalah makhluk yang istimewa karena kelebihan ini. Bukan karena kekebalan kulitnya terhadap senjata apapun. Bukan juga karena kekuatan sinar mata yang mampu menghancurkan apapun. Manusia tidak butuh itu semua. Mereka sudah punya polisi untuk menangkap penjahat, walaupun seringkali penjahat itu lolos. Baju anti peluru untuk menahan peluru, walaupun seringkali tembus. Sebagian dari impian itu memang telah dapat diwujudkan manusia, walaupun sebagian yang lain tidak. Satu hal yang dimiliki manusia di atas segala makhluk lainnya, adalah manusia punya hati nurani dan semangat untuk maju. Dengan nuraninya, dia mampu menciptakan kebaikan. Dengan semangatnya yang pantang menyerah, dia mampu melalui rintangan yang ada hingga berabad-abad lamanya.

Dalam konteks ini, mungkin ada benarnya kata-kata bijak dari Jor-el, ayah kandung Superman dalam pesan wasiatnya kepada Kal-El, nama asli Superman;

”Walaupun kamu dibesarkan sebagai manusia, kamu bukanlah salah satu dari mereka. Mereka bisa menjadi bangsa yang besar, Kal-El. Mereka menginginkan hal itu. Mereka hanya kekurangan cahaya untuk menunjukan mereka jalan yang benar. Karena hal itulah, yaitu kapasitas mereka akan kebaikan, aku telah mengirimkan engkau kepada mereka, anakku satu-satunya...”

Semoga kita semua diberi kapasitas akan kebaikan ini. Inilah esensi dari kecerdasan spiritual dari seorang manusia. Kemudian apabila kecerdasan spiritual ini telah menyentuh semua orang, niscaya dunia akan benar-benar tercipta sebagai tempat yang indah, aman, tenteram dan damai sejahtera. Tak ada lagi perampokan, penjarahan, represi oleh penguasa, ataupun eksploitasi alam oleh pemodal. Dan ketika itu terlaksana, buat apa kekuatan Superman?

©  irfan 2005