<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d11226496\x26blogName\x3dTetirah+...\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dSILVER\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://irfanmoe.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://irfanmoe.blogspot.com/\x26vt\x3d6101411460645826096', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
Tetirah ...

Adalah sebuah "laku" untuk beristirahat sejenak dari rutinitas. Di sini akan terendapkan segala penat dan kepayahan hidup. Situs ini dibangun bukan untuk siapapun, melainkan bagi kicauan burung-burung, semerbak bunga-bunga, bening telaga, dan hijaunya rerumputan. 

Thursday, March 31, 2005

6:23 AM - Perut

Seminggu yang lalu saya bertemu dengan beberapa sahabat saya*). Mereka adalah teman sekampus yang sekarang telah semburat bekerja di berbagai kota. Ada yang di Jakarta (Sunter, Cikini), Sidoarjo, Pasuruan, ada juga yang di Malang sini saja. Sekilas, ada perubahan-perubahan yang cukup mencolok diantara kami. Rata-rata teman-teman jadi keliatan lebih tambun dibanding ketika mereka masih kuliah dulu. Entah apa yang telah diperbuat kota-kota itu pada mereka. Teman-temanku yang dulu langsing, sekarang jadi sedikit subur.

Tidak hanya berat badan yang bertambah, saya amati perut teman-teman cowok juga semakin membuncit. Melihat mereka, saya jadi teringat perut para pejabat teras yang terlibat kasus korupsi. Model perut semacam itu juga sering dipakai oleh jajaran kepolisian ketika melakukan operasi "cegatan". Tanpa surat perintah Pak Polisi menilang para pengendara motor yang nggak pake helm. Tentu saja operasi semacam ini tidak lebih baik daripada tindakan pengemis yang meminta-minta uang pada orang di jalan. "Hmm... jangan-jangan teman-temanku udah mulai ketularan penyakit ini...??", terbersit pikiran ngeres dalam benakku. Akan tetapi setelah beberapa saat lamanya ngobrol ngalor-ngidul dengan mereka, kecurigaanku tampaknya kurang berdasar. Dari obrolannya, segera saya tahu bahwa mereka masih rekan-rekanku yang seperti dulu. Cukup lantang mereka bicara masalah kenaikan BBM. Cukup fasih mereka nggosip menteri-menteri kabinet SBY. Pendeknya, mereka masih saudara-saudara seperjuangan, seperti semasa kami turun ke jalan dahulu.

Indikator termudah untuk menganalisa perut adalah melalui panjang ikat pinggang. Saya sendiri mengalaminya. Dalam setahun, posisi lobang ikat pinggang saya bisa maju mundur. Biasanya jika bulan puasa, saya pasang ikat pinggang di posisi agak masuk (karena perut "kempes"). Begitu hari raya, tiba-tiba ikat pinggang saya bisa bergeser satu atau dua lobang. Tidak jarang, beberapa jeans yang ngepres terpaksa saya biarkan kancingnya terbuka. Biar longgar jes....
Urusan perut memang gampang-gampang susah. Banyak orang jadi pencuri, penjambret, mucikari, atau PSK dengan alasan perut. "Buat nyari makan mas..". Di level atas, mereka berlomba-lomba memark-up proyek, menilep uang anggaran, dan lain-lain, bukan untuk apa-apa, melainkan untuk dimakan, dan masuk ke perut.

Abraham Maslow (1908-1970) menempatkan kebutuhan perut ini di tingkatan paling rendah dari kebutuhan manusia. Manusia akan selalu berusaha memenuhi kebutuhan dasar (sandang, pangan=perut, papan), sebelum ia mampu merasakan kebutuhan yang lebih tinggi, yaitu keamanan, pengakuan & harga diri. Puncak tertinggi adalah aktualisasi diri. Teori ini kita kenal luas dengan piramida kebutuhan manusia.

Akan tetapi nampaknya teori ini tidak selamanya benar. Bagaimana tidak, di Indonesia, orang-orang yang nampaknya sudah tercukupi kebutuhan primernya, sudah tercukupi rasa aman, diakui, dan terhormat kedudukan sosialnya, masih saja banyak yang nilep uang negara. Harusnya para elit politik kita tinggal mikir bagaimana dia bisa memajukan negara. Bagaimana dia bisa punya andil besar bagi negeri ini, sukur-sukur bisa di tingkat dunia. Dan ini merupakan kebutuhan tertinggi, sebuah aktualisasi diri. Bukan lagi ngurusi urusan perut. Kalo gini, apa bedanya dengan orang kebanyakan? Katanya jadi elit politik, mustinya kebutuhannya yang elit-elit dong. Kurang keren tuhh ... Gak elit blass ...

Malang, 30 Maret 2005


*)Sabtu, 26 maret 2005 : Ketemu Rizal, Acang, Yudho, Katong, di lab Mektan. Mira, Puput, Oyie', di SOLID. Mohon maap jika ada kata2 yg menyinggung ... :)

Monday, March 21, 2005

6:14 PM - Manusia Bodoh

Dahulu terasa indah
Tak ingin lupakan
Kemesraan slalu jadi
Satu kenangan manis

Tiada yang salah
Hanya aku manusia bodoh
Yang biarkan semua
Kini permainkanku berulang-ulang kali...



Siapa yang tak kenal lagu di atas. Ada Band menelorkan tembang ini dalam album terbarunya, Heaven of Love. Televisipun ikut mempopulerkan dengan sejudul sinetron yang mentah-mentah diambil dari judul lagu ini : Manusia Bodoh. Selanjutnya seantero nusantara menyanyikan lagu ini. Di pasar, di warung-warung, di lapak-lapak VCD bajakan, di audisi AFI, dan di segala tempat dan kesempatan. Dan saya pun berkesempatan menikmati lembutnya alunan lagu ini dari seorang teman, kakak, sekaligus sahabat, Mas Burliyan "Timbul" Prasetyo. Entah terkait dengan pengalaman pribadi, sebuah pengakuan, atau apa, yang jelas saat itu beliau menyanyikannya dengan sepenuh hati. Bagi saya, petikan gitar dan olah vokalnya saat itu tidak kalah dengan Donnie, sang vokalis Ada Band.

Manusia bodoh menceritakan pergolakan batin seorang pemuda yang dikhianati pacarnya. Dalam perenungan tersebut, dia sempat mengakui bahwa dia menjadi "bodoh", karena begitu mencintai gadisnya. Meski dikhianati berulang-ulang, namun kok tetap bertahan yo? Nah loo.... yang udah berpengalaman akan hal-hal beginian pasti paham alasannya. Banyak pemuda-pemudi yang menjadi bodoh karena urusan cinta. Logika gak jalan, analisa gak mempan. Konon hal ini disebabkan perasaan yang lebih berkuasa ketimbang logika. Anehnya, walaupun goblok, mereka gak pernah mengeluh atas kegoblokannya. Bahkan, sebagian besar begitu menikmati kebodohan yang mereka miliki. Mirip candu, memabukkan namun tetap memikat untuk direguk.

Kebodohan-kebodohan ini akan terus berlanjut selama ada laki-laki dan perempuan. Yang menarik, ternyata di Indonesia terdapat kebodohan-kebodohan yang tidak hanya disebabkan oleh lawan jenis. UNDP mencatat bahwa angka HDI (Human Development Index) Indonesia 0.692 (data tahun 2004). Dengan angka sebesar ini, Indonesia hanya mampu menempati rangking ke-111. Bandingkan dengan tetangga kita, Malaysia. Mereka mampu menempati posisi ke-59. Kita patut malu sama saudara-saudara kita di Palestina. Di tengah-tengah hujan peluru, mereka masih sanggup menempatkan bangsanya di posisi ke-102. Aneh bukan?
Bagaimana bisa negeri yang kaya akan minyak, malah jadi pengimpor minyak? Jutaan insinyur telah kita produksi setiap tahun. Mosok rek.. gak ono sing iso nambang sitookk ae? (Masak rek gak ada yang bisa menambang satupun?). Apa gak lucu, kita dulu yang gembar-gembor swasembada beras, sekarang malah impor beras dari Thailand? Belum lagi gula, sapi, ayam, bahkan peniti yang selalu made in vietnam, australi atau china ! Kemana orang-orang pintar ini ngumpet??

Ada yang salah dengan negeri ini. Entah disukai atau tidak, kita semua di Indonesia memang sekumpulan manusia bodoh.

Malang, 21 Maret 2005

Wednesday, March 16, 2005

9:23 PM - Castol Itu Indah

Castol, engkau perekat
Castol, engkau lem yang baik
Castol, kau sangat berguna
Castol, namamu Lem Swiking

Elem, artinya perekat
Swi, artinya lama
(E)king, artinya raja
Jadi raja perekat, yang lamaa .....



Yang di atas itu adalah 2 bait awal dari sebuah lagu yang berjudul "Castol". Saya cukup yakin, jika pertama kali dengar lagu ini, anda akan sama seperti saya, tertawa. Antara bait satu dan bait-bait berikutnya seperti gak nyambung. Bait-bait berikutnya bahkan lebih ngawur lagi isi liriknya. Tidak ada logika dalam syair2 itu. Semua tersusun atas dasar yang tidak bisa dimengerti. Mungkin hanya apa-apa yang sedang nongol dalam benak sang pencipta lagu. Bahkan mungkin juga apa-apa yang sedang ada di depan matanya yang dia gubah menjadi syair. Saya membayangkan, ketika itu dia (si pencipta lagu) sedang duduk di kamar (kos2an?)-nya. Di depannya berserakan barang-barang pribadinya, termasuk castol. Jadilah lagu tersebut. Masalahnya, orang gila macam apa yang bikin lagu sengawur ini? Dan orang bagaimanakah yang mendengarkan lagu2 mereka, kecuali orang-orang yang gila juga, orang tuli, atau orang yang sedang stress?

Castol, sebuah merek dagang dari lem perekat. Dari cairan kekuning-kuningan ini, banyak benda yang bisa kita lekatkan. Kertas, karet, plastik, kayu, kain, asalkan cukup kering, bisa dengan baik kita rekatkan. Meski tidak seampuh Alteco, produk sejenis yang klaimnya mampu merekatkan kursi yang patah, castol cukup mendapat hati di kebanyakan orang Indonesia. Saya sendiri pernah menggunakan jasa castol untuk menyembuhkan sandal karet saya yang memble.

Bisa jadi, inilah yang menjadi inspirasi dari lagu di atas. Buat apa jauh-jauh mencari tema-tema yang besar, tentang kemanusiaan, keadilan atau demokrasi, jika ada tema sederhana tapi digarap dengan baik? Siapa tahu orang-orang sudah bosan dengan lagu-lagu bertema cinta yang selalu itu-itu saja? Dan nampaknya asumsi ini tidak terlalu salah. Seiring gemuruh sorak sorai penonton yang mengelu-elukan pujaan mereka, Tani Maju, grup indie pelantun lagu castol di atas melanggengkan namanya di blantika musik lokal Malang. Dalam hal ini, aksi konyol mereka di panggung, sorak-sorai penonton, dan lirik-lirik yang dibawakan telah menemukan konteksnya, sebuah keindahan.

Adakalany kita perlu menimbang-nimbang lagi apa-apa yang selama ini kita sebut dengan hal-hal yang indah. Sudah jamak apabila orang memandang potret atau lukisan wanita cantik, "Gile benerr, nie cewek cakep amat..", dengan pandangan kagum. Hal ini wajar, karena paras cantik adalah bagian dari keindahan. Akan tetapi pernahkah terbersit pikiran yang sama ketika kita memandang bolpoint (yang biasa, bukan pena yang bersepuh emas loh), atau bahkan castol?

Jika kita ingat sejarah, banyak buku yang telah dibuat orang, namun tidak semuanya dibaca. Penyebabnya macam-macam. Salah satunya adalah buku-buku tersebut tidak menarik untuk dibaca pada jamannya. Misalnya saja buku peringatan 25 Jarren Decentralisatie in Nederlandsch-Indie 1905-1930. Saat buku itu dicetak, yang membacanya praktis hanyalah para pegawai pemerintahan kala itu. Itupun hanya dalam rangka urusan kerja. Ketika buku itu seabad umurnya, barulah menarik banyak orang untuk menyimaknya sehubungan dengan sejarah masyarakat kolonial ketika itu. Dan peristiwa-peristiwa yang dijelaskan dalam buku itu adalah sebuah keindahan, karena buku itu sendiri telah menjelma menjadi produk budaya yang indah.

Senada dengan buku, banyak benda-benda bersejarah yang nilainya menjadi sangat jauh berbeda dengan biaya pembuatannya. Peralatan dapur suku Indian Maya, sepatu Mesir Kuno, gerabah Cina, dll. adalah contoh benda sehari-hari yang tidak begitu berharga di jamannya, namun laku jutaan dolar di balai lelang Christie saat ini.

Jangan anda kira tidak banyak hal-hal indah di dunia ini. Lihatlah bunga-bunga, matahari terbit, anak yang sedang bermain, kucing yang meloncat, topi, baju lusuh di bak cucian, monitor di depan anda, dan masih banyak lagi. Bukan hanya indera penglihatan saja kita diberi Tuhan. Bukankah penciuman, perasa, pendengaran dan pengecap merupakan instrumen pelengkap dalam rangka menikmati keindahan alam ini? Dalam perspektif ini, tidak ada yang tidak indah di muka bumi. Bahkan, kekejaman perang-pun dapat kita saksikan keindahannya, paling tidak melalui layar film-film holywood. Nah, dari sini bukankah benar dikatakan bahwa bolpoint kita saat ini, adalah benda yang berharga dan indah, paling tidak seratus tahun lagi? Dan salahkah jika saya katakan bahwa castol adalah benda yang indah?

Malang, 16 Maret 2005

Thursday, March 10, 2005

3:27 PM - Kencing

Berapa banyak dalam sehari anda kencing? Terlalu banyak kencing tidak baik buat kesehatan kita. Kita bisa kekurangan cairan dalam tubuh akibat zat-zat tersebut ikut keluar saat kita kencing. Produksi kencing orang dewasa yang normal adalah 1-2 cc/Kg berat badan. Jadi kalo berat badan anda 60 kg, setiap jamnya anda memproduksi 60 cc air seni. Dalam 24 jam, produksi anda sudah mencapai sekitar 1440 cc, yaa... sekitar 1,5 literan. Itulah sebabnya pakar-pakar kesehatan menganjurkan kita setiap hari mengkonsumsi 1,5 liter air, yo demi menggantikan air yang hilang itu... gitulohh.

Sebaliknya, terlalu banyak minum juga kurang baik. Teori klasik yang menganjurkan kita minum 8 gelas sehari nampaknya perlu direvisi. Dr.HR Moh Yogiantoro SpPD-KGH, menegaskan bahwa yang paling beresiko tinggi akibat terlalu banyak minum adalah ginjal. Pada ginjal yg normal, paling2 hanya sering beser2 saja. Inipun juga masih menimbulkan masalah. Dengan beser2, natrium dalam tubuh ikut keluar. Akibatnya badan jadi lemes, kurang natrium. Pakar penyakit dalam RSUD Dr. Sutomo ini juga menambahkan bahwa pada ginjal yg kurang sehat, terlalu banyak cairan memacu ginjal bekerja ekstra keras, inilah yg justru memperparah kesehatan ginjal tsb.

Lha trus, enaknya gimana dong? Ya tergantung kebutuhan... jangan terlalu banyak, jangan terlalu sedikit. Dimana2 jika kekurangan itu kurang baik. Sebaliknya, berlebihan pun juga tidak tepat. Makanya, ikuti kata penyanyi dangdut Vety Vera, "Yang sedang-sedang saja..."

Prinsip sedang-sedang saja ini berlaku universal. Kalau sedang marah, jangan sampai membanting2 gelas, piring, pintu, dipan, dan perabot2 yang tak berdosa. Itu berlebihan namanya. Cukup dengan membanting bantal/guling,.... yaah.. hingga ada suara "buk" cukup. Aman khan? Kalau sedang kencing, gak perlu sampai kencing disembur2kan kemana-mana, ke tembok, ke atap, apalagi ke baju teman. Itu berlebihan namanya. Cukup ditempatkan pada tempat yang semestinya, toilet/WC.

Perkara kencing memang bukan persoalan sepele. Di dunia hewan, kencing bisa dijadikan sebagai aktivitas politik. Keluarga harimau, serigala, anjing, dan kucing sering kencing di tempat2 tertentu utk menandai wilayah kekuasaan mereka. Barangsiapa masuk wilayah itu, tidak segan2 mereka mempertahankannya dengan segenap jiwa raga. Itulah sebabnya di gang2 perkotaan, sering kita jumpai tulisan, "dlarang kencing kecuali anjing". Apabila ada tulisan semacam itu, jangan coba2 anda kencing disitu, kecuali jika anda sudah siap bertempur sampai mati, tentu saja... sebagai anjing. :)

Mirip dengan hewan, kencing ini juga bisa dijadikan sebagai produk budaya. Dengan baunya yg cukup menyengat, dan warna2 yang bervariasi, nampaknya air seni ini dinilai cukup menjijikkan. Hampir di setiap bangsa manapun, dengan budaya apapun, apabila seserang mengencingi orang lain, itu berarti sebuah penghinaan. Jelasnya begini, misalnya anda tiba2 mengencingi seorang turis dari Jepang, atau Australia, atau Amerika, saya bisa pastikan mereka langsung tersinggung. Apalagi jika mengenai wajah, wuihhhh... anda bisa2 langsung dibunuh, wehehe...

Hadirnya beberapa kapal perang Diraja Malaysia di perairan Ambalat, bisa dipandang sebagai "kencing di muka kita", bangsa Indonesia. Harga diri bangsa kita terusik. Kedaulatan kita telah terhina. Sudah bertahun2 orang2 disana kencing dimana2. Di toilet, di sungai, di pantai, di laut, di pohon2, bukit2, di seluruh perairan Ambalat. Tidak cukupkah aroma-aroma kencing itu jadi bukti kekuasaan kita? Jika mereka masih tetap memaksa masuk, jangan segan2 kawan2, bertarunglah bagai harimau dan serigala.... hingga titik darah penghabisan. Merdeka !


Irfan Al Akbar


2:50 PM - Batu

Pagi ini seperti biasanya, begitu perut terasa mules(kebelet), segera saya ambil handuk, tas berisi perangkat mandi, dan bergegas ke kamar mandi. Ritual ini sayalakukan hampir setiap hari. Untunglah pagi ini antrinyagak lama. Hanya 10 menit saya antri, Waskito S'01, KahimSipil, akhirnya keluar dari kamar mandi dengan tersenyum lega. Tidak perlu saya artikan senyum lega itu, yang jelas saya juga ikutan lega tidak perlu terlalu lama menahan"derita" mulas itu.

Sambil "nggremeng" lagu peterpan, aku siramkan segayung air ke badanku. Saat itulah di pojok kamar mandi kulihat benda itu. Hitam, kecil, gepeng, basah lagi. Batu rek!Besarnya kira2 sekepalan tangan anak SMP.


Yang membuat aku heran adalah, kok bisa ada batu di kamar mandi? Kalau bungkus sabun/sampo, puntung rokok mah udah biasa, banyak lagi. Tapi sekarang sampah2 itu cukup bersih, ya cuman batu itu yang mengonggok seenaknya di pojok. Sopo sing iseng iki! Nalar saya kemudian berpikir cepat. Analisa logika mengatakan, "Belum tentu perbuatan iseng, bisa jadi memang disengaja". Trus kalo sengaja buat apa? Terdorong penasaran, saya amati dari dekat, ternyata permukaan batu itu cukup halus. Seperti batu yg sering kita liat di sungai2, yang telah lama terkikis air. Tidak hanya itu, sepersekian detik kemudian alam pemikiran saya dibawa kepada ingatan akan benda seperti ini. Saya seperti DeJaVu! Kayaknya pernah nemuin yg kayak gini deh.

Loading...... prosesor lemot di kepala ini saya paksa mengingat2 hal ini. Batu halus, kamarmandi.........tuing-tuing, teong-teong.....loading .....Horeeeee... !! Ketemuuu !! Tentu saja batu ini buatnggosok badan !!

Gambaran itu semakin jelas. Terbayang di benak saya ketika itu saya masih kelas 3 SD. Kami rame2 mandi dengan temen2di nDeso, menggunakan batu gosok. Jadi selain sabun mandi, kita biasa menggosok badan dengan bantuan batu. Hasilnya, kotoran2, daki2 yg cukup bandel menempel di kulit, segera amblas. Hanya saja, ada resikonya. Kalo terlalu keras menggosok, kulit bisa terasa panas. Lebih lanjut, bisa iritasi kulit. Makanya perlu hati-hati.

Benda yang seringkali luput dari perhatian itu ternyata cukup berguna bagi manusia. Kalo kita lebih jeli lagi, ternyata fungsi batu menjadi sangatlah banyak. Bahkan, manusia jaman batu menggunakan hampir 100% peralatannya dari batu. Sisa2 peradaban batu ini masih dapat kita jumpai sampai sekarang. Cowek, uleg2, lumpang, adalah beberapa contoh peradaban batu yang masih ngendon di dapur orang2 jaman PDA ini.

Di dunia konstruksi, berapa banyak jembatan, gedung2, pondasi2 yang memakai batu. Setiap gedung yg dibangun dengan beton, pasti menggunakan batu. Itu jelas, karena salah satu komponen beton adalah batu pecah. Percaya gak, batu bahkan bisa dibuat obat nyamuk. Gak percaya? Coba ambil satu batu, bentuknya terserah, ukurannya gak usah terlalu besar, mungkin sebesar mouse saja cukup. Jika ada nyamuk menggigit badan, timpuk aja pake batu, manjur kan?

Begitu hebatnya batu ini, hingga salah satu kota tetangga Malang mengabadikan nama benda ini menjadi nama sebuah kota. Ya, kota Batu. Entah dari mana asal mulanya, tiba2 warga kota apel ini memakai nama "Batu" utk menamai kotanya. Apa hubungane apel sama batu yo? Embuh.. :)

Batu juga akrab dengan peralatan elektronik. Kedekatan hubungannya bahkan bisa digambarkan seperti sepasang kekasih yang berjanji sehidup semati. Tanpa batu (baterei), peralatan elektronik seperti radio, HP, Walkman gak bisa hidup. Begitu juga sebaliknya, tanpa peralatan elektronik, batu (baterei) tidak mau hidup di dunia fana ini... hiks.

Batu bahkan bisa digunakan untuk menggambarkan karakter seseorang. Apabila ada seorang yang teguh pendirian, dan tidak pernah mau menerima pendapat orang, dia layak menyandang gelar kehormatan, "Sang Kepala Batu". Tidak banyak orang yang berhak dan mampu "memasang batu pada kepalanya" seperti itu. Telinga, mata, & hidung berubah menjadi batu. Makanya jangan heran apabila di Indonesia ini hanya ada satu orang yang berhak. SBY.. ups.. hehehe. Bagaimana tidak, DPR sudah gak setuju, rakyat + mahasiswa udah demo sampe bibir ndoweh, tapi BBM tetep aja naik.Angkot di malang sekarang jadi Rp 1500 jes! Bis malang-Sbr Pucung dulu Rp 3000 sekarang Rp 3500!! Belum lagi harga2 laennya.. Oooo... Dasar kepala batuuu.... !!!


Irfan Al Akbar

Monday, March 07, 2005

2:15 PM - Tak Lelo Lelo Ledung ..

Tak lelo lelo lelo ledung
Cup menengo, ojo pijer nangis
Anakku, sing bagus/ayu rupane
Jo nangis, ndak ilang bagus/ayune
Takgadhang biso urip mulyo
Dadiyo satriyo/wanito utomo
Anjunjung jenenge wong tuwo
Dadiyo pendhekaring bongso ...




Cukup lama saya tidak mendengar tembang itu. Baru kemaren Minggu, sewaktu pulang kampung, saya mendengarkan kembali lagu lawas itu. Tembang itu dilantunkan oleh ibu saya sewaktu meninabobokan keponakan. Mendengarnya terasa kembali ke masa2 dimana saya ditimang2 dulu. Ada rasa kedamaian di sana. Ada rasa aman menyertai setiap kata2 yang terucapkan oleh wanita yang telah melahirkan saya itu. Bagi seorang bayi, tak ada perasaan nyaman lain yang mampu mengalahkan rasa hangat dalam pelukan dan timangan seorang ibu.

Syair lagu itu begitu sederhana. Akan tetapi banyak sekali makna yang terkandung dalam bait2 lagu itu. Jauh-jauh hari sebelum Prof. J. Schwartz menganjurkan untuk "Berpikir dan Berjiwa Besar", sekian abad yang lampau wanita2 desa di seluruh pelosok Jawa menyuruh anak2 dalam gendongannya menjadi pendhekar2 bangsa. Sungguh cita2 yang sangat besar utk ukuran orang desa. Psikologi modern menekankan pentingnya berpikir positif (positive thinking), wanita2 jawa telah mempraktekkannya dalam keseharian hidup. Bukankah menyebut anaknya yang tongos & pesek sebagai anak bagus/ayu merupakan dasar2 positive thinking?

Lagu di atas entah siapa yang mengarang. Di dalam kaset2 langgam Jawa yang melantunkan tembang tersebut, biasanya ditulis NN sebagai pengarangnya. Akan tetapi melihat kandungan isi syair yang begitu agung, kemungkinan besar si NN ini adalah pujangga besar jawa di masa silam.

Sebuah karya besar yang patut menjadi perenungan kita bersama..

Sunday, March 06, 2005

12:49 PM - Skin baru...

Uthek2 websitenya blog, nemu template2 yang asik2...... jadi pengen ganti kulit. Naaa... gini deh hasilnya. Asik gak?

Saturday, March 05, 2005

9:03 PM - Akhirnya .....

Huffff.... wehhhh, akhirnya nongol juga potone adik manis di pojok kanan atas itu... wehehehe....
Setelah bergelut beberapa jam, dengan bergonta ganti komputer, install & uninstall program home sing menyesatkan, tanya sana-sini (tenkyu buat samsuga...), akhirnya berhasil juga.

Poto itu diambil kalo gak salah ketika saya kelas 4/5 SD, sewaktu ada kunjungan hari raya ke rumah paman di Blitar. Sengaja saya buat hitam putih soale warna aslinya huelek....... maklum poto lawas. Dengan efek BW kayak gitu khan jadi tambah artistik gituloh..... Ekspresinya bagus, saya suka. Makanya saya pake sebagai profil saya di situs ini.

Sekarang lagi blajar "nyetir" blog ini. Masih banyak yang belon bisa. Salah satunya yang bikin saya mangkel perkara tulisan name dan irfan al akbar yang terlalu mefettt. Jadi sebel ngeliate. Jadi dendam, suatu saat harus bisa dibenerin, biar ada sedikit jaraknya. Kalo gini .. nang moto sepet. rek !!

Wehhh... jadi perlu banyak blajar html nie.....

Friday, March 04, 2005

3:44 PM - Bismillah.....

Bismillah. Sengaja kata itu saya pilih untuk mengawali isi dari situs ini. Tidak hanya karena kata ini tercantum di awal Surat Al-Fatihah (Pembuka), lebih dari itu kata ini juga merupakan "doa pembuka" dari segala aktivitas hidup kita.

Bismillah adalah sebuah mantra yang begitu ampuh jika kita benar-benar mempercayainya. Saya jadi teringat akan sebuah dongeng lama tentang keampuhan kata2 bismillah ini. Sebenarnya ingin saya ceritakan disini, akan tetapi kayaknya terlalu panjang cerita itu jika diposting sekarang. Insyaallah lain kali akan saya coba posting cerita itu.

Bismillah merupakan sebuah pengakuan akan kekerdilan kita. Bahwa tanpa-Nya, segala yang kita lakukan mustahil terlaksana. Hanya melalui kuasa-Nya lah segala sesuatu akan terjadi.

Maka sudah sepantasnyalah kita berucap, "Bismillah.... dengan menyebut asma Allah" situs ini saya buka.

Semoga awal yang baik ini akan membawa kebaikan2 pula di masa2 yang akan datang. Aamiien...

©  irfan 2005